Review Valorant tactical Shooter dan Moba jadi 1,kenapa Gak

Di masa krisis alam dan sosial (di benua barat) ini, industri video game pun mengalami penurunan yang cukup drastis. Banyak sekali video game mengalami penundaan, salah satunya adalah Death Stranding di PC yang seharusnya rilis pada tanggal 2-Juni-2020, ditunda selama 1 bulan menjadi tanggal 14-Juli-2020.

Untungnya, bersamaan dengan pengumuman penundaan tersebut, Riot Games mengumumkan bahwa Valorant akan rilis pada tanggal 2-Juni-2020, tanpa perlu dikatakan, saya dengan antusias mencoba permainan tersebut.
sumber:http://www.vrohgamer.com/2020/05/riot-akhirnya-mengumumkan-game-valorant.html


Riot Games sudah memiliki riwayat yang cukup panjang dalam mempertahankan atmosfer permainan kompetitif, walaupun hanya dalam genre MOBA.

Valorant adalah video game bergenre tactical FPS dengan pola penembakan seperti Counter-Strike, penggunaan hero/champion/agen/operator/karakter seperti Rainbow Six: Siege, dan berbasis sci-fi yang tidak terlalu jauh di masa depan seperti Overwatch.


Di awal permainan, pemain diharuskan untuk memilih hero/champion/agen/operator/karakter yang masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kalimat ini tidak asing, karena memang banyak sekali video game yang mengambil konsep seperti ini.

Untungnya, tidak seperti hero shooter, setiap karakter ini dapat membeli senjata yang sama-sama mematikan—artinya, Sentinel yang pada umumnya memiliki ability yang bersifat sebagai support tidak berarti akan melakukan heal secara terus menerus untuk tank, karena tidak ada pembagian kelas seperti itu.

Setiap karakter memiliki health yang berjumlah sama: 100, ditambah dengan Armor tambahan yang menyerap damage hingga berjumlah 50. Sehingga, akurasi menjadi hal yang krusial dalam menentukan kemenangan.


Hal lain yang cukup membuat saya sangat senang bermain Valorant adalah rincian dari senjata, yang bersifat data asli. Pada gambar di atas, ditunjukkan data asli dari senjata bernama Sheriff, yang mana serangan primer (atau klik kiri pada mode kendali default) bersifat semi-otomatis (satu klik untuk satu peluru), dengan kecepatan 4 patrun/detik, yang mana akan memberikan kerusakan yang berbeda pada titik tubuh yang berbeda di jarak yang berbeda pula, bersama dengan kapasitas magasin yang berisi 6 peluru, dan… Satu data lunak—penetrasi dinding yang "tinggi".

Sejujurnya, yang saya lihat di Counter-Strike (baru-baru ini) dan Call of Duty, mereka memberikan data lunak dalam bentuk diagram batang, yang mana mendorong pemain untuk bereksperimen sendiri, namun tidak terlalu mengetahui berapa damage yang diberikan pada musuh.


Untuk saat ini, jenis permainannya adalah seperti Defusal di Counter-Strike: apabila tim pemain bermain sebagai penyerang (attacking team), tim pemain yang berjumlah 5 orang diharuskan untuk memasang Spike (atau C4 di Counter-Strike) pada situs A, B, atau C sebelum waktu habis, sebaliknya, apabila tim pemain bermain sebagai pertahanan (defending team), pemain diharuskan untuk melindungi situs A, B, atau C dari penanaman Spike musuh atau bertahan hingga waktu ronde habis.

TLDR; 5 vs 5, bomb defusal mode.

Permainan selesai apabila salah satu tim memenangkan 13 ronde permainan. Umumnya, permainan yang berisi 25 ronde (kedudukan 12–13) akan memiliki durasi sekitar 40 menit, jadi, pastikan waktu luang para pembaca cukup untuk menyelesaikan satu permainan!


Peta dipilih secara acak, seperti yang sudah umum di banyak video game kompetitif, untuk saat ini terdapat 4 peta yang bernama Bind, Haven, Split, dan Ascent. Juga, sampai saat ini, saya sudah memainkan semua peta kecuali Split. Tiga peta tersebut sejujurnya cukup mudah dipahami, saya rasa perancang petanya juga sudah sangat berpengalaman.

Mari kita berbicara dengan desain karakternya.


Sage, Sage, Sage. Dia memiliki kemampuan sebagai berikut:


Sage bisa memanggil dinding es yang menghalangi pandangan, yang hanya bisa dihancurkan apabila durasinya sudah habis, atau ditembak oleh banyak peluru, lalu…


Sage bisa memanggil area yang tampak seperti es berwarna Pantone 3252 C[1] yang melambatkan pergerakan siapapun yang masuk di area tersebut.

Desain ini mirip sekali dengan karakter Mei di Overwatch, yang dapat memanggil dinding es dan area yang melambatkan musuh. Sepertinya memang Mei menginspirasi karakter ini.

Kemudian, Omen, yang memiliki suara seram dan latar belakang misterius.


Salah satu kemampuannya adalah Teleport jarak menengah.


Seperti Reaper di Overwatch.

Tetapi, sejujurnya, dibalik semua itu, semua desain karakternya sangatlah istimewa, dengan animasi yang istimewa pula.


Agen favorit saya sendiri adalah Breach, yang dapat menembakkan partikel ledakan yang menembus dinding, menembakkan partikel flashbang yang menembus dinding, melakukan daze atau memusingkan musuh dengan cara mengentakkan tanah—sehingga menembus tembok dengan jarak yang cukup jauh, serta melempar musuh ke udara dengan rentetan hempasan bumi berbentuk corong. Skillset-nya membuat Breach cocok sebagai penembus pertahanan, dan juga mengalahkan para campers.

Masih banyak karakter lain dengan kemampuannya yang istimewa, yang rasanya tidak mungkin saya bahas semuanya di sini—lagipula, saya juga belum membuka semuanya, hahaha.


Untuk monetisasi, tentu saja, seperti video game lain yang baru rilis, Valorant memiliki Battle Pass yang… Tidak dinamakan sebagai Battle Pass, namun disebut sebagai "Premium"… Entah, Premium apa, saya sebut saja "Premium Act Pass (bukan nama sebenarnya)". Isinya, seperti biasa, adalah kosmetik.

Juga terdapat beberapa skin yang dapat dibeli dengan uang pemain, apabila pemain ingin mendukung video game ini lebih lanjut.


Untuk membuka agen, pemain diharuskan untuk menyelesaikan misi yang bernama "contract"—yang mana harus dikunci untuk satu agen, yang kemudian diselesaikan dengan cara yang mudah: Memainkan Valorant.

Terdapat juga misi yang apabila diselesaikan, akan menambah progres contract dan "Premium Act Pass". Apabila contract sudah mencapai tier atau tingkat 5, maka pemain akan membuka agen sesuai dengan contract yang dipilih.

Kemudian, musik, yang tentunya tidak bisa disampaikan dengan kata-kata saja. Valorant memiliki musik yang generik, sederhana dan saya rasa hanya berfungsi sebagai pengisi atmosfer saja. Memang hal ini adalah suatu hal yang menyebalkan untuk beberapa orang, karena mereka ingin mendengar musik yang khas dari pengembang League of Legends.



Sumber: Youtube

Namun, bagi saya pribadi, musik ini sangatlah cukup dan nyaman untuk didengar, tidak terlalu memekakkan telinga seperti musik di game sebelah Counter-Strike ketika masuk ke main menu. Nadanya yang konstan rendah dan bervolume masuk akal membuatnya nyaman untuk didengar dengan durasi yang cukup lama.

Lagi, bagi saya pribadi, suara di FPS adalah hal yang sangat penting. Di Valorant, tidak ada musik yang tidak perlu seperti di Counter-Strike. Suara langkah yang jelas posisinya dan—secara halus—berbeda untuk setiap karakter, membuat video game ini sangat menyenangkan untuk dimainkan—dan didengarkan. Semoga saja Valorant mempertahankan kualitas ini hingga tahun-tahun ke depannya.

Walaupun beberapa karakternya memiliki kemiripan dengan karakter di waralaba lain uhuk overwatch uhuk, animasinya yang sangat istimewa, serta desain tiap karakter yang terlihat berbeda dengan satu sama lain—tanpa merusak atmosfer dan latar video game yang ada. Dengan kata lain, Art Direction video game ini patut untuk dipuji.

Sebagai video game yang Free-to-Play, Valorant memiliki kualitas yang tinggi. Ukuran yang tidak besar dan server yang tersebar luas, bahkan di Asia Tenggara, membuatnya mudah diakses oleh banyak pihak.



Valorant adalah udara segar yang tidak baru di dunia industri video game kompetitif yang sudah jenuh dengan video game yang berisi jalan-jalan berhadiah (Battle Royale), yang mana para pemainnya akan selalu berada dalam aksi, tanpa merasakan situasi yang tidak berdaya sama sekali.

4 out of 5, it's a pretty good game.

Catatan tambahan: Karena video game ini bersifat baru, mungkin memang skill ceiling-nya masih rendah, sehingga masih sangat friendly bagi siapapun yang ingin memulai permainan FPS yang bersifat multiplayer melalui Internet.

penulis:hanif Eka Pramudita
sumber:quora.com



Tidak ada komentar