Keahlian yang harus kamu Miliki Di tahun 2020 Ini


Keterampilan yang dibutuhkan di masa depan lahir dari keadaan saat ini dan potensi perubahan yang akan terjadi di masa depan. Otomatisasi & inovasi teknologi, pergejolakan pada kekuatan-kekuatan ekonomi dunia, perubahan demografi, urbanisasi yang cepat, dan keterbatasan sumber daya serta isu lingkungan menjadi faktor-faktor utama yang akan membentuk masa depan.

Untuk mempersiapkan potensi perubahan di masa depan (baik short-term maupun long-term), kita perlu mempersiapkan diri sejak tahun ini (2020) dan terus menyesuaikannya. Dari sekian banyak report yang ada, saya pribadi menaruh perhatian pada hasil kajian dari World Economic Forum. Ada sebuah gambar yang menjadi representasi yang relatif valid atas kebutuhan keterampilan di 2020 dan setelahnya. Berikut adalah gambarnya:

Sepuluh keterampilan yang dibutuhkan dari report tersebut adalah 1) Analytical thinking and innovation, 2) Complex problem-solving, 3) Critical thinking and analysis, 4) Active learning and learning strategies, 5) Creativity, originality and initiative, 6) Attention to detail, trustworthiness, 7) Emotional intelligence, 8) Reasoning, problem-solving and ideation, 9) Leadership and social influence, dan 10) Coordination and time management

Setiap dari kita mungkin berada pada level yang berbeda untuk pemenuhan keterampilan di atas. Tidak hanya di level individu, di level organisasi atau negara juga memiliki isu-isu masing. Keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerja dengan fungsi A mungkin akan berbeda dengan yang ada di fungsi B. Ada baiknya jika kita kembali berkaca pada diri sendiri melakukan evaluasi terhadap keterampilan yang sudah ada, apakah sudah cukup untuk dunia berkarya saya, apa yang perlu saya tingkatkan, dan sebagainya.


Bagi saya pribadi, dengan pengalaman berkarya di Indonesia dan atas hasil diskusi dengan beberapa orang, keterampilan dasar yang perlu dipelajari atau ditingkatkan yang relatif aplikatif bagi kebanyakan industri atau orang di Indonesia terkait dengan report di atas antara lain:

1. Belajar berkelanjutan / Continuous learning (adaptability)

Perubahan teknologi yang cepat melahirkan banyak inovasi-inovasi baru. Ilmu yang kita pelajari relatif menjadi cepat usang. Seorang software engineer kini dituntut untuk meng-update diri mereka setiap 12–18 bulan . Karena perubahan yang cepat tersebut, maka continuous learning menjadi satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siapapun.

Setiap dari kita harus mempunyai keterampilan untuk sanggup mempelajari hal yang baru (melakukan proses unlearn & relearn dengan efektif), memahami implikasi dari sebuah model baru, dan memilih serta menggunakan metode dan prosedur pembelajaran yang sesuai dalam situasi mempelajari hal-hal baru.

Mengutip Peter Drucker, keterampilan yang penting di abad 21 adalah keterampilan mempelajari keterampilan baru. Keterampilan ini berlaku untuk semua fungsi pada sebuah organisasi. Jika kita berkarya pada fungsi pemasaran, memiliki keterampilan untuk mempelajari model-model pemasaran terbaru dan menggunakan alat-alat (tools) pemasaran terkini menjadi penting. Begitu pula pada fungsi lainnya seperti operasi, SDM, penjualan, keuangan, dan sebagainya.

Belajar yang berkelanjutan menjadi kunci utama agar mampu beradaptasi dengan cepat menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Beradaptasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada abad 20 menurut beberapa artikel.

Kini, relatif berlimpah akses untuk terus belajar. Bagi yang suka membaca atau menonton video dan mencari yang tidak berbayar, kita dapat mengakses iPusnas | Perpusnas Digital Library atau mencari video gratis di YouTube. Jika ingin mencari yang berbayar (dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih berkualitas), bisa membeli buku melalui Kindle (internasional), Google Books, atau Gramedia Digital (lokal). Yang mengutamakan belajar dari medium video, bisa mengakses Online Courses - Learn Anything, On Your Schedule | Udemy (internasional) atau dari https://www.indonesiax.co.id/ (lokal). Bagi yang mengutamakan metode konvensional, kelas-kelas luring tetap menjadi pilihan utama. Di luar metode terstruktur tersebut, berdiskusi dengan orang yang tepat atau bekerja pada lingkungan yang konstruktif juga memiliki andil meningkatkan keterampilan kita dalam belajar. Begitu banyak pilihan untuk mengembangkan kemampuan belajar berkelanjutan.

2. Komunikasi

Di era serba komputasi, percakapan manusia menjadi penting. Ketika beberapa fungsi tergantikan oleh robot, komunikasi yang jelas dan tepat dibutuhkan untuk menghindari kesalahan prosedural yang dilakukan oleh mesin. Ketika proses komunikasi tersalurkan melalui aplikasi kirim pesan seperti Slack, WhatsApp, Zoom; maka ada ekspresi fisikal / non-verbal yang hilang. Oleh karena itu, berkomunikasi yang baik dan tepat sasaran menjadi fundamental.

Seringkali saya melihat, orang mengirimkan email untuk menyampaikan sebuah pesan dan kemudian menganggap aktivitas mengirimkan email itu sudah lebih dari cukup. Padahal inti dari sebuah komunikasi adalah menyampaikan pesan dengan jelas dan dapat dipahami, baik dari perspektif pengirim pesan (transmitter) melalui medium yang tepat kepada si penerima (receiver). Perlu ada metode komunikasi yang memastikan semua pihak atau medium yang terlibat dapat memahami pesan yang ingin disampaikan. Di lingkungan kerja yang kini cross-cultural, dibutuhkan framework komunikasi yang lebih kompleks.

Komunikasi tidak sekadar menyampaikan pesan dari sebuah titik ke titik lain. Sebuah komunikasi juga sebaiknya disampaikan secara kontekstual melalui cara yang berbeda. Di era banjir informasi ini, mudah bagi seseorang melupakan sebuah pesan yang baru diterimanya. Metode penyampaian komunikasi kini menjadi esensial. Kemampuan storytelling, sebagai bagian dari komunikasi, dapat digunakan untuk memikat pendengar, menarik perhatian pendengar, sampai dengan memotivasi pendengar untuk bergerak bersama. Sebuah cerita 22 kali lebih mudah diingat daripada sekadar pemaparan fakta[6].

Oleh karena itu, kita perlu terus mengasah kemampuan kita dalam berkomunikasi baik terhadap kolega, atasan, bawahan, pasangan, anak, keluarga, komunitas, atau masyarakat.

3. Bahasa Inggris

Kemampuan berbahasa Inggris menjadi penting di era lintas negara. Saat ini, tidak bisa dipungkiri, informasi-informasi berharga banyak sekali yang disampaikan atau ditemukan dalam bahasa Inggris. Kita tidak bisa memungkiri bahwa kebutuhan berbahasa Inggris menjadi dibutuhkan dalam mencerna informasi kekinian yang bergulir deras di lanskap global serta dibutuhkan juga dalam membuka hubungan / berkomunikasi dengan pihak luar. Sayangnya, Indonesia termasuk negara dengan kemampuan berbahasa Inggris yang rendah. Kita berada di urutan #61 dengan skor EF EPI 50 pada tahun 2019.

Terampil dalam berbahasa Inggris bukan berarti melupakan akar budaya kita dalam berbahasa Indonesia. Keterampilan memahami peradaban dunia melalui bahasa Inggris menjadi kunci bagi kita mengenali potensi yang telah, sedang, dan akan terjadi untuk bumi nusantara ini.


Seringkali saya menemukan orang Indonesia cukup lemah pada pemenuhan 3 keterampilan di atas. Beberapa orang yang pernah saya temui tidak memiliki antusiasme yang tinggi pada pembelajaran berkelanjutan atau tidak tertarik belajar berbahasa Inggris. Orang-orang tersebut relatif nyaman pada status quo dan tidak menyadari pentingnya sikap beradaptasi terhadap perubahan.

Sebuah kutipan Charles Darwin, "It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change", menjadi valid di tengah-tengah kehidupan ini. Singkat kata, seringkali dalam hidup kita atau seringkali terjadi di lingkaran pertemanan kita, orang yang pintar malah tidak berhasil naik kelas di tataran kehidupan, sementara orang yang tidak terlalu pintar secara akademis ternyata pintar dalam beradaptasi dan bisa bergerak lincah (agile) dalam sebuah fase hidup.

Jadi, ketika ditanya apakah keterampilan yang layak ditingkatkan atau dipelajari mulai dari tahun 2020, maka respon saya adalah 3 keterampilan dasar di atas: 1) Kemampuan belajar berkelanjutan, 2) kemampuan berkomunikasi, dan 3) Kemampuan berbahasa Inggris.


Jika seseorang sudah berhasil memenuhi kebutuhan 3 keterampilan dasar di atas dan/atau sudah berada di level tertentu,maka keterampilan signifikan yang dibutuhkan akan berbeda, misalnya mereka membutuhkan keterampilan lainnya antara lain:

1. Kecerdasan teknologi (Technology Savviness)

Di era yang penuh dengan algoritma dan keterlibatan mesin, maka kepekaan dan kecerdasan terhadap teknologi menjadi sangat relevan. Industri 4.0 semakin sering didengung-dengunkan di media lokal, terlepas dari pertanyaan seberapa dekat industri 4.0 di negeri ini. Artificial Intelligence, IoT, VR/AR, atau Blockchains menjadi kata-kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.

Selain mendengar, kita tentu perlu membiasakan diri untuk terlibat lebih dalam dengan alat-alat ini. Kita, idealnya, mesti tahu konsep dasar seperti definisi, penggunaan, dan fungsi teknologi-teknologi tersebut agar kelak dapat bekerja dengannya ketika dibutuhkan. Kesadaran akan teknologi ini dan keterampilan teknis yang relevan kelak akan dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan.

Kita juga perlu meningkatkan keterampilan teknologi yang terkait langsung dalam keseharian kita (hard skills). Seorang marketeer harus tahu mengenai perubahan instrumen marketing digital, algoritma Search Engine yang terus diperbaharui, atau model-model pemasaran terbaru akibat inovasi teknologi dan sharing economy. Seorang akuntan perlu mengetahui instrumen lunak terbaru untuk melakukan pembukuan secara efektif, realtime, dan kolaboratif. Kecerdasaran teknologi memiliki porsi yang besar dalam kemampuan beradaptasi di zaman transformasi digital.

2. Berpikir kritis (Critical Thinking)

Critical thinking dapat diartikan sebagai penggunaan logika dan penalaran dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari sebuah kesimpulan atau pendekatan atas sebuah (atau kumpulan) masalah. Critical thinking dibutuhkan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi menggunakan pemikiran logis dalam menawarkan solusi terbaik.

Dengan masifnya informasi dan data, critical thinking menjadi krusial dalam menganalisis, menginterpretasikan, mengevaluasi, menghubungkan antar titik (connecting the dots), dan memberikan solusi yang tepat.

Ketika seseorang sudah berada di tataran strategis, maka kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan akan bertambah selain keterampilan-keterampilan di atas. Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain leadership (Kepemimpinan), complex problem-solving (Pemecahan masalah), creativity (kreativitas dan orisinalitas), serta collaboration (kolaborasi).

Secara keseluruhan, keterampilan-keterampilan yang dipaparkan di artikel ini merupakan pengejewantahan sebagian dari hasil Future of Jobs Report. Hanya saja, saya membagi keterampilan-keterampilan tersebut sesuai dengan pengalaman saya dan pengalaman kelokalan yang saya rasakan di Indonesia, menyesuaikan dengan fungsi dan kompleksitas kebutuhan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.

penulis:giri suhardi

dari quora.com

Tidak ada komentar